Menggagas Ekonomi Politik Indonesia Dalam Kerangka Ke Indonesiaan

Foto Para Pembicara Seminar
Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) yang ke-42, FISIP UI menngelar Seminar "Menggagas Ekonomi Politik Indonesia Dalam Kerangka KeIndonesiaan" pada Selasa, (02/01) bertempat di ruang AJB Bumiputera, Kampus Depok. Seminar yang berlangsunga pukul 08.30 pagi hingga 12.30 siang ini diisi oleh para pembicara yang handal dibidangnya seperti; Dr Ade Armando (Ilmu Komunikasi),Prof. Dr. Maswadi Rauf (Ilmu Politik),Prof. Dr. Eko Prasojo ( Ilmu Administrasi),Prof. Dr. Paulus Wirutomo (Sosiologi),Prof. Dr. Isbandi (Ilmu Kesejahteraan Sosial),Prof. Dr. Ahmad Fedyani (Antropologi),serta Dr. Makmur Keliat (Ilmu Hubungan Internasional).Dalam makalahnya yang berjudul "Tarik Menarik Budaya Politik dan Politik Budaya: Menelisik Posisi Kebudayaan dalam Membangun ke Indonesiaan", Achmad Fedyani mengungkapkan definisi budaya politik sebagai pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, dan kelakuan politik dari suatu masyarakat. Definisi budaya politik tersebut berimplikasi relativisme, lanjutnya, karena secara tradisional antropologi menganut prinsip kebudayaan beraneka ragam dan unik. "Konsep unik inilah yang menyebabkan politik suatu masyarakat diberi corak oleh kebudayaan setempat", jelasnya.

Suasana Seminar
Sedangkan dalam konteks politik budaya, kebudayaan lebih mengalir, tidak terbatas teritorial dan dinamik. "Dengan demikian, tarik menarik budaya politik dan politik budaya dalam membangun keIndonesiaan merupakan suatu cita-cita bersama seluruh rakyat Indonesia yang memilki identitas kesatuan kebangsaan yang kuat, lestari dan maju", tegasnya.Berbeda dengan Achmad Fedyani, Maswadi Rauf lewat makalah yang berjudul "Menggagas Ekonomi Politik Indonesia Dalam Kerangka Kesadaran KeIndonesiaan, Perspektif Politik" dan Makmur Keliat melalui makalahnya " Dari Negara Bangsa Menuju Negara Pasar?" mengungkapkan mengenai keprihatinan fungsi negara yang diwakilkan dalam kesejahteraan rakyat melalui ekonominya serta masalah-masalah ekonomi untuk memperjelas perkembangan politik Indonesia." Suatu negara belum layak disebut dengan negara jika negara tersebut tidak mampu mewujudkan monopolinya dalam melaksanakan fungsi kesejahteraan dan membiarkan fungsi itu dicapai melalui mekanisme pasar", kata Makmur Keliat. Tidak kalah menarik dengan pembicara lainnya, Paulus Wirutomo pun menuangkan gagasan keIndonesiaannya melalui "Pembangunan Berbasis Nilai". Dalam makalahnya Paulus mengungkapkan ketertinggalan masayarakat Indonesia dari masayarakat lain di dunia. "Budaya kita telah terkalahkan dan kita harus melakukan suatu pembangunan yang mampu meningkatkan budaya kita", serunya. Krisis budaya yang cukup dalam harus dikaji dan dicarikan jalan keluarnya salah satunya adalah dengan pembangunan berbasis nilai. Seminar yang mengusung keIndonesiaan ini berhasil meraih antusias warga UI. Hal ini terlihat dari peserta yang hadir memenuhi ruang AJB serta diskusi yang mengalir antara para pembicara dengan peserta seminar. (Din)